Kisah Penghujung Tahun

Hei, pembaca
Semoga terhibur dengan kisah sederhana

(20/12)
Sambut setiap kehadiran,
Mari dimulai dengan latihan natal
Oh untuk beru, nyatanya siapa yang hadir
Seolah sudah direncanakan, agar bisa sekedar menyapa
Biar penyanyi mungkinkah pergi mencari cemilan
Dan anak kedua entah kemana
Canggung, maklum masih sama-sama terkubur
Mari bermain u-n-o ! atau mari mengakrabkan diri !
Duduk di samping sang agung, hati curang berontak
Bermain pandang dan senyum sempat tercatat
Lumayan.

(23/12)
Sepulang dari rangkaian pernikahan dan perfilman
Seperti raga hilang tanpa penyangga
Segeralah beristirahat sebab bola menguras tenaga
Memang keinginan tak mengenal waktu
Yuk tempat nongkrong favorit, samping gereja
Air hujan sedang labil saat itu
Duduk membelakangi keramaian alur kendaraan
Mari memulai perbincangan
Dari topik sederhana hingga agak berat terbahas
Sampai ku menghambat pertemuan dengan yang lain
Ah, memang waktu selalu kurang
Terlalu banyak ruang topik yang tidak sempat terbuka
Mulai mengenalmu lebih jauh
Menarik.

(24/12)
Terlibat dalam kewajiban wanita dan tertunda
Cuaca tak berkawan, demi sebuah pertemuan
Taman mungkin terlihat sepi menyapa pagi
Mencoba beristirahat dan menunggu
Sang agung datang mententeng sepatu
Sambutnya dengan senyum
Balas senyum balik tawa
Seolah penghuni taman terfokus pada kami
Sepasang pocari sweat pun menjadi saksi
Rintik hujan mencegah terambilnya langkah
Perbincangan pun dimulai dibawah payung pelangi
Ibu penjual rujak buah mungkin menguping
Mendung berhawa dingin, tapi hangat
Akhirnya bukan wacana lagi untuk lari pagi
Dan sang agung tetap keren tanpa jaket anti hujannya
Meskipun berbeda kecepatan dan arah
Tetap saling mencari dan memberi tanda
Sama-sama cukup lelah dan payah, ikan pun menjadi bahan
Antara putri ikan dan logika beradu menghasilkan tawa
Cukup, abdomen mengeram memohon asupan
Bergegas kami bergoncengan menuju ke arah utara
Ternyata tidak sedang menerima tamu, selatan pun kami ambil
Terlibat menjadi pelayan, "biasane wedok sing nggawakne"
Mungkin kau lupa aku masih menjadi putri ikan
Nikmat menyantap berteman rinai hujan
Masih bertanya pada kenyataan apakah benar terjadi
Siap menatap dengan wajah semu kotor
Secuil pertengkaran terjadi ketika 14.000 disodorkan
Tenang sang agung, aku pun ingin menraktir
Bergegas diantarnya dengan senyum terimakasih
Kamu bisa saja.

(25/12)
Selamat Natal!
Hari itu terasa benar-benar bahagia
Karena-Nya, karena mereka, dan karena dia
Busana retro mengisi setiap jiwa di gereja
Sang agung terlihat seperti model majalah 80an
Selalu keren dengan caranya sendiri
Salam berdengung seantero raya
Lagi-lagi ada saja alasan membuat heran
Boleh lah satu atau dua jepretan
Fitur terkenal boleh juga dicoba
Manisnya.

Entah malam itu mungkin malam keramat
Atau justru malam selamat
Siap mengendarai mio andalanmu
Berperang menuruti keinginan dan selera diri
Sampailah pada menu kesukaan
Baik mari memesan dan bercengkerama
Atau mungkin bisa disebut kencan kedua tak resmi
Yang pertama? Ada di satu hari sebelum hari ini
Tak sedikit obrolan seru menghampiri
Permen milkita menjadi topik utama
Okay, mari beradu kepastian
Aku mendapat malumu
Atau kamu mendapatkanku
Seketika ingin membuka mata dari mimpi
Ternyata seberani dan seyakin itu
Indomaret menjadi saksi antara suka dan duka
Mungkin memang belum waktunya
Dan kau kurang pandai menyembunyikan rasa
Tak apa, kadang memang diperlukan
Agar lawan mampu tau dan paham.

(30/12)
Hari Minggu Hari Yang Mulia
Mungkin akan sering berterimakasih kepada Minggu
Selalu ada cerita dan sukacita
Oke mari bermain uno lagi bersama
Yak! Akhirnya kau kalah
Bedak mars pun menjadi alasan tertawa
Sepertinya harus mencari asupan energi
"Perlu dikancani gak?"
"Sembarang"
Hadeuh haruskah terlontar jawaban itu
Masa bodo, akan kutemani
Untuk kesekian kalinya waktu memberi celah.

(31/12 - 1/01)
Tak jarang greget dengan keadaan
Saat tak ada yang bangun dan memulai
Berusaha bertanya dan semoga tak salah langkah
Sudah siang kala itu, maaf ku mengganggu tidur
Ke pasar membeli bahan
Itung-itung menambah bekal keakraban malam
Tawaran panen singkong pun diterima
Si kecil pintar menghangatkan suasana
Dengan berbekal es kelapa tua
Berbagi keluh keringat dan canda

Hmmm malam pergantian tahun hanya sedikit cerita
Disibukkan dengan masing-masing pembagian
Terlihat lelah dan cemas sepertinya
Dalam menyambut kewajiban sebagai ketua
Terlalu larut untuk tetap terjaga
Namun sisi lain terlelap bersama sarung
Jadi kutitipkan ke si mio akibat nyali kecil
Semoga bertemu secepatnya
Baik, pamit.
.
.
.
Menjadi bagian hidupnya,
mungkin bukan suatu rencana
Datang tak sengaja, justru
lebih baik daripada direncanakan

Aku harap masih bisa mengingat setiap tawa dan kata
Aku harap masih bisa mengenang setiap canda dan asa
Aku harap masih bisa berjumpa di penghujung tahun selanjutnya

Komentar

Postingan Populer