Jeda rasa

Bukan, bukan begitu
Tetap sama, nggak ada yang berubah

Berbalik sebentar di masa awal, lucu memang, dengan sifat masing-masing yang masih gak terlihat jelas sih tapi sama-sama menerka. Aku dengan pergumulanku, kau dengan pergumulanmu. Dan bertemu.

Respon, pola pikir, aksi, tingkah laku, semua yang baik kau tawarkan. Amarah, benci, ketidakaturan, justru yang aku balaskan. Aku akui penerimaan yang kau perjuangkan sungguh berat kan. Dan aku belajar itu, aku sedang perjuangkan itu, dan memang berat. Jadi, aku salut atas apapun yang kau punya dan beri. 

Hari-minggu-bulan jadi masa perenungan pribadi. Aku selalu berdoa dan berharap atas masa depanmu, atas apapun yang kau perjuangkan, atas segala kerumitan hidup yang kau hadapi. Untuk kamu sendiri, dan untuk kita bersama. Lagi-lagi masa yang sulit ya. Aku sempat meragu, dan kupikir ini dasar egoku. Tapi ternyata masa depan sungguh ada, banyak hal, yang sudah kita rencanain bareng. Ambisiku bergerak, aku mau mengusahakan yang terbaik dari segala aspek karena masih banyak yang harus disempurnakan, aku mau berjuang buat kita.

Iya, sekarang mungkin giliranku, aku mau belajar penerimaan itu. Tambah satu, penerimaan dan pertumbuhan. Minta tolong lagi boleh kah? 

Bakal jadi permintaan yang sulit, butuh beberapa bulan buat kusampaikan, dan akhirnya saat ini datang. 

Komentar

Postingan Populer