Januari 100 Hari
Aku ingin pamit dengan hormat, kepada Januari yang terasa seperti 100 hari lamanya, yang di awal penuh harapan tapi tidak dengan akhir bulan. Hanya heran. Satu harapan harus terjawab dengan harapan lain, oh ternyata memang harusnya berjalan seperti ini. Aku ingin pamit dengan hormat, kepada rumah yang ternyata hanya sementara, yang sempat singgah tapi hanya untuk sewa. Tersisa bangunan usang, oh ternyata dibangun untuk dibiarkan menjadi kosong. Aku marah, aku tertegun, aku bingung, and it's totally ok. Aku nggak harus tau jawabannya sekarang. Mungkin besok, minggu depan, 1 bulan lagi, 2 tahun lagi, atau bahkan sesuatu tanpa jawaban mungkin juga adalah jawaban. Aku pamit dengan hormat.